Teladan Wanita Anshar: Potret Ketaatan pada Syariat
- redaksiazzukhruf
- May 9
- 2 min read

Satu hal menarik dari sejarah Islam adalah peran luar biasa kaum Anshar kaum pertama yang menerima dakwah Rasulullah tanpa keraguan sedikit pun. Mereka bukan sekadar penduduk asli Madinah, tapi juga menjadi penolong sejati bagi kaum Muhajirin yang hijrah dari Makkah. Dengan tangan terbuka dan hati penuh keikhlasan, kaum Anshar menyambut saudara seiman mereka, menjadikan Madinah sebagai rumah baru yang dipenuhi cinta dan persaudaraan.
Melihat kaum Anshar terbuka, Rasulullah mempersaudarakan mereka. Subhanallah, kecintaan dan kedermawanan kaum Anshar terlihat jelas. Orang Anshar sangat senang menerima saudara seiman mereka. Sampai-sampai mereka dengan senang hati membagi tempat tinggal dan makanan. Bahkan, kaum Muhajirin mengutamakan segala sesuatu melebihi diri mereka sendiri.
Tidak mengherankan bahwa Allah SWT menyebutkannya dalam Al-Qur'an surah Al-Hasyr ayat 9, yang berbunyi, “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr: 9)
Namun, jangan salah, kaum wanita Anshar juga memiliki pengaruh besar pada Islam seperti kaum lelakinya. Wanita Anshar terkenal sangat patuh dan taat dalam menjalankan syariat-Nya. Mereka berkata, "Sami'na wa atha'na" (kami dengar dan kami taat) setiap kali Allah dan Rasul-Nya memberikan perintah. Hingga Aisyah ra memuji mereka. Al-Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah ra, berkata,” Semoga Allah merahmati kaum wanita yang hijrah pertama kali, ketika Allah menurunkan firman-Nya, “Dan hendaklah mereka mengenakan kain kerudung mereka diulurkan ke kerah baju mereka.”(QS. An-Nur: 31). Maka kaum wanita itu merobek kain sarung mereka (untuk dijadikan kerudung) dan menutup kepala mereka dengannya.
Abu Dawud telah mengeluarkan hadits dari Shafiyah binti Syaibah dari ‘Aisyah ra: Sesungguhnya beliau SAW, menuturkan wanita Anshar, kemudian beliau memuji mereka dan berkata tentang mereka dengan baik. Beliau SAW berkata,”Ketika diturunkan surah An-Nur: 31( tentang kewajiban memakai kerudung), maka mereka mengambil kain sarungnya kemudian merobeknya dan menjadikannya sebagai kain penutup kepala.”
Maa syaa Allah, Saat perintah berhijab turun, wanita Anshar tidak menunggu waktu. Mereka tak menunda dan tak mencari alasan. Yang mereka lakukan hanyalah satu yakni taat sepenuh hati. Itulah wanita Anshar wanita yang menjadikan syariat sebagai kehormatan, bukan beban. Mereka tidak hanya mendengar perintah Allah, tapi juga langsung mengamalkannya, walau mungkin terasa berat.
Lalu, bagaimana dengan kita hari ini?
Apakah kita, sebagai Muslimah hari ini, sudah punya hati yang siap untuk tunduk sepenuhnya pada aturan Allah?
Atau justru kita masih menunda-nunda, menawar-nawar, bahkan ragu untuk tunduk pada aturan yang jelas dari Rabb kita? (Nazmi)
Comments