top of page

Mengejutkan, Inilah Daftar Negara yang Terindikasi Islamphobia

  • redaksiazzukhruf
  • May 26
  • 3 min read


London (Azzukhruf)  – Dikutip pada media online pada Sabtu, 24 Mei 2025 - 17:35 WIB Telah terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kefanatikan anti- Muslim. Hal ini disuarakan kembali pada hari Sabtu untuk memperingati Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia yang diperingati setiap tahun pada tanggal 15 Maret. Kelompok-kelompok hak asasi manusia di seluruh dunia dan PBB telah mencatat peningkatan Islamofobia, selama 17 bulan di Gaza.


"Kita menyaksikan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kefanatikan anti-Muslim. Dari diskriminasi rasial dan kebijakan diskriminatif yang melanggar hak asasi manusia dan martabat, hingga kekerasan langsung terhadap individu dan tempat ibadah," kata kepala PBB dalam sebuah unggahan video di X.

Kepala PBB meminta kepada pemerintah, tanpa menyebutkan satu negara pun, untuk "membina kohesi sosial dan melindungi kebebasan beragama". Bahwa platform daring harus bisa mengawasi dan menindaklanjuti ujaran kebencian, pelecehan, dan semua hal yang mengandung diskriminasi.

DI dunia ini ada beberapa negara yang mengalami Islamophobia (anti Islam), yaitu:


1.     Austria

Austria mencatat jumlah insiden Islamofobia tertinggi tahun lalu sejak mulai mencatat pada tahun 2015. Tempat pertama di mana lebih banyak kasus dilaporkan dari Oktober adalah sekolah. Dalam sektor pendidikan, insiden anti-Muslim dilaporkan oleh orang tua, murid, dan guru. Secara keseluruhan, 66,7% dari kasus yang terdokumentasi terjadi secara daring dan 33,7% secara luring. Sekitar 87,8% dari kasus yang terdokumentasi secara daring berkaitan dengan penyebaran kebencian. Muslim direndahkan dan dibandingkan dengan hewan dalam komentar daring, menurut laporan itu. Banyak juga yang akan menganggap Muslim sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas anti-Semitisme. Kemudian, 40,8% dari semua kasus yang dilaporkan melibatkan perlakuan yang tidak setara dan 19,5% melibatkan penghinaan. Penyebaran kebencian mencapai 8,9% dan 2,6% melibatkan serangan fisik. Insiden yang tersisa dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu vandalisme (7,5%), kekerasan polisi (7,3%), ancaman berbahaya (3,2%), hasutan untuk membenci (1,8%), perundungan dan penguntitan (0,8%) dan lainnya (7,7%).


2.     Amerika Serikat

Diskriminasi dan serangan terhadap Muslim dan Arab di Amerika Serikat mencapai rekor baru pada tahun 2024 di tengah perang Israel-Gaza. Melansir Internasional Sindonews, sebuah laporan yang dirilis oleh Council on American-Islamic Relations (CAIR) pada hari Selasa menyampaikan terkait 8.658 pengaduan insiden anti-Muslim dan anti-Arab tahun lalu adalah jumlah tertinggi sejak tahun 1996. Pengaduan mengenai diskriminasi pekerjaan adalah yang paling umum yaitu 15,4 persen dari total. Keluhan terkait imigrasi dan suaka mencapai 14,8 persen, pendidikan 9,8 persen, dan kejahatan kebencian 7,5 persen. Para pembela hak asasi manusia telah menyoroti peningkatan Islamofobia, bias anti-Arab, dan anti-Semitisme sejak serangan Hamas pada Oktober 2023 yang menyebabkan Israel melancarkan serangan dahsyat di Gaza. “Untuk tahun kedua berturut-turut, genosida Gaza yang didukung AS memicu gelombang Islamofobia di Amerika Serikat,” kata CAIR. Israel membantah tuduhan genosida dan kejahatan perang.


3.     India

India telah menjadi episentrum Islamofobia di Asia, dengan laporan penindasan yang dilakukan terhadap populasi Muslim yang besar mengalir setiap hari. Meningkatnya retorika anti-Islam, kejahatan kebencian, pelanggaran hak-hak Muslim, dan akhir-akhir ini tindakan polisi terhadap mahasiswa dan aktivis yang telah berpartisipasi dalam demonstrasi damai terhadap undang-undang kewarganegaraan yang kontroversial telah menimbulkan pertanyaan serius tentang kredibilitas demokrasi negara tersebut.

Melansir dari Internasional Sindonews, mereka yang ditahan termasuk cendekiawan dan mahasiswa seperti Safura Zarfar, Miran Haider, dan Shifaur Rahman dari Universitas Jamia Millia Islamia (JMI), Umar Khalid dan Sharjeel Imam dari Universitas Jawaharlal Nehru (JNU). Polisi telah mendakwa mereka karena membuat pidato yang provokatif selama protes. Klausul seperti percobaan pembunuhan, menyebarkan kebencian, dan kebencian di antara kelompok berdasarkan agama telah diterapkan terhadap mereka.


Kasus ujaran kebencian terhadap kaum minoritas melonjak 74% di India pada tahun 2024. Umat Muslim menjadi sasaran paling banyak, dengan 98,5% dari kasus ujaran kebencian yang ada.  Partai yang berkuasa telah menolak tuduhan Islamofobia dan ujaran kebencian yang dilontarkan oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para pemimpin oposisi.


4.     Italia

Ada sekitar 2,7 juta Muslim yang tinggal di Italia, yang jumlahnya sekitar 4,9 persen dari populasi, sebuah komunitas yang menjadi sasaran pemerintah koalisi saat ini yang dipimpin oleh partai sayap kanan Brothers of Italy. Melansir Internasional Sindonews, mereka adalah kelompok agama terbesar kedua di negara itu setelah Kristen, tetapi pemerintah daerah dan wali kota sering kali memberlakukan pembatasan terhadap hak mereka untuk menjalankan agama mereka.


5.     Prancis

Seorang Muslim yang tinggal di Prancis dan melamar pekerjaan, maka ia mengalami lima kali lebih sikap diskriminasi daripada non-Muslim. Dan jika ada seorang wanita Muslim yang memakai jilbab, maka ia memiliki peluang 1% untuk mendapatkan pekerjaan. Co-editor Laporan Islamofobia Eropa 2022, Enes Bayrakli menyebut Prancis sebagai salah satu negara paling Islamofobia tahun lalu.


Beberapa situasi negara di dunia ini menggambarkan bahwa bagaimana dunia masih menganggap Islam atau umat muslim dengan sebelah mata. Ada kebencian tersendiri yang membuat non-muslim melakukan diskriminasi terhadap muslim, yakni karena ketidaksukaan mereka akan Islam itu sendiri, bukan sebab alasan yang personal. Hal ini menunjukkan betapa tidak adilnya peraturan dan rasa kemanusiaan yang ada pada diri dan kebijakan negara tersebut. (Irwina)

 
 
 

Comments


bottom of page